Hari Terakhir Di 2017

Gue kembali mengingat-ingat memori lampau yang mengesankan. Perihal hari terakhir di akhir tahun. Ya. Temanya agak nostalgia gitu, lah, mengingat hati sedang getir karena harus menghabiskan akhir tahun seorang diri–sama anak-anak sih sebetulnya. Ini sepertinya fix banget sih.

Gue tidak pulang ke rumah, melihat berbagai pertimbangan. Dan pertimbangan yang paling mendasar adalah karena bingung anak-anak mau dititip ke siapa. Fyi, gue punya dua anak yang masih kecil-kecil, namanya Kimi dan Tuma. Kimi baru berumur sekitar 3 bulan lebih, sedang Tuma masih lebih kecil lagi. Lain waktu gue akan cerita tentang mereka.

Oh, GOD gue menyesal tidak pulang.

Tadinya gue masih positif bahwa mungkin akan ada keajaiban di malam pergantian tahun ini karena yap… setelah nanya ke beberapa teman, ada yang ngga pulang dan sangat memungkinkan sekali janjian.

Ditambah, teman gue yang dari Kalimantan katanya akan merayakan tahun baru di Bandung. Eh, dia malah tobat–if you know what I mean.

Jadi intinya, setelah perencanaan yang tidak matang, karena hanya ada di kepala gue, namun sepertinya tidak selaras dengan isi kepala yang lain, beberapa planning–dengan orang-orang yang berbeda gagal.

HELL! This is the most. BAD. new years eve. ever. I swear.

Dua tahun lalu gue tidak pulang karena baru dapat tiket bis tanggal 2 januari, lalu h-2 sebelum malam tahun baru gue menulis perihal kegundahan, dan akhirnya ada teman yang baik hati, yang mengajak gue pergi ke Bukit Bintang bersama dia dan teman-temannya yang lain. Ya Allah baik banget kamu, ndak seperti teman-temanku yang kejam sekarang 🙂

Kalau ingat malam itu, gue amazed banget sumpah karena yay itu pengalaman melihat kembang api terindah DARI ATAS BUKIT tau nggak? Sumpah indah banget. Gue masih ingat betul pemandangan yang gue lihat dari sana. Dan seketika gue merasa mendapat berkah yang melimpah, demi apapun.

Tahun lalu gue merayakan tahun baru di rumah, bersama orang tua, adik, om dan tante, dengan bakar-bakaran kecil di teras rumah. Gue merasa dapat berkah juga, demi apapun, karena gue rasa itu moment pertama gue tahun baruan bareng keluarga di Pemalang, meski ya… ngga banyak dan ngga heboh juga. Tapi gue beruntung, karena bisa menghabiskan waktu bersama manusia lain.

Bertahun-tahun sebelumnya, lebih tepatnya ketika gue masih di Bekasi pun begitu menyenangkan. Gue lupa di tahun berapa, yang jelas gue sudah mulai pintar. Makan sendiri, berbicara, main games… dan bisa dengan jelasnya mengingat.

Bahwa kurang lebih mungkin dua atau tiga tahun berturut-turut–waktu itu, gue menghabiskan pergantian tahun bersama sanak saudara dari papa. Di rumah bengkel di Bekasi. Bikin mie ayam bakso yang super enak dan bikin pengen nambah terus, makan rendang pedas yang super duper bikin bahagia… Main kartu, lalu yang kalah dikasih bedak di mukanya… main rugrats di PS. Menghitung mundur waktu, lalu tiup terompet bareng.

God. I missed that time.

Gue satu keluarga memang tidak terlalu suka jalan-jalan. Perjalanan terjauh kami pun sampai saat ini cuma sampai Pemalang aja. Semarang ngga pernah, jogja juga, bali apalagi. Kalau di Bekasi pun paling banter jalan-jalan ke Dufan.

Bukan apa-apa, mungkin kedua orang tua kami malas travelling mengingat perlu banyak yang dipersiapkan. Pun persoalan tahun baru, kami ngga pernah tuh rasa-rasanya keluar kandang. Papa hanya libur satu atau dua hari, lalu bengkel buka lagi.

Begitu terus.

Tapi gue ndak pernah protes. Gue menikmatinya. Gue pengen terus-terusan balik ke ancol, ke seaworld, pun mall-mall yang setiap minggu kita kunjungi. Gue tidak pernah ingin tahu, pun mencari tempat liburan lain.

Maka gue bahagia saja menikmati malam pergantian tahun baru sambil makan dan ngakak. Seriously. Demi apapun.

Fuck I missed that time so much. 

But everything has changed. Life was turned.

Dan di sini gue sekarang. Pagi-pagi buta menatap layar laptop sambil memencet tuts dan berdatanganlah perasaan-perasaan negatif–marah, sedih, menyesal, kesepian, like literally aaaalll oooff negative feelings.

Damn.

Yasudah. Mungkin memang ini takdir gue. Apa yang harus gue jalani. Dan kalau memang harus menghabiskan waktu sendirian–pada akhirnya, gue akan beli nasi kucing dan lauknya yang banyak, lalu makan tanpa dosa, setelah itu mengerjakan skripsi bagian pembahasan minimal sampai dapat tiga lembar!

I dare myself to do positive things in new year’s eve.

Bismillah…..

3 thoughts on “Hari Terakhir Di 2017

Leave a comment